SISTEM DETEKSI SENYUM, KUNCI PEMBUKA LAYANAN PRIMA

28 Agustus 2023, Penulis : Pandu Hizbul Wathan

Opini merupakan pandangan terkait sistem presensi yang digunakan oleh Kementerian Keuangan yang belum melakukan deteksi senyum. Padahal terdapat praktik pembiasaan senyum yang dilakukan oleh institusi swasta di luar negeri untuk meningkatkan layanan.

Manusia adalah makhluk sosial yang pasti berinteraksi dengan sesama semasa hidupnya. Interaksi itu akan berjalan dengan baik manakala masing-masing pihak menampilkan ekspresi yang menyenangkan. Hal esensial dan sederhana yang bisa dilakukan adalah dengan memberikan senyuman.

Ada suatu riwayat yang mengatakan bahwa senyum adalah ibadah sedekah yang paling mudah. Senyum adalah suatu kebaikan yang dapat  membawa kebahagiaan bagi orang lain yang melihatnya.  

Menurut riset, senyum akan memicu tubuh untuk memproduksi hormon  endorphin. Senyawa ini mampu meningkatkan mood, mengurangi rasa sakit dan memiliki efek relaxing/menenangkan. Otomatis senyuman dapat memperlambat penuaan dini dan mengurangi kerutan di wajah.


Memberi senyum, memberi arti

Salah satu pejabat dari Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PAN-RB) dalam pembukaan seminar gerakan reformasi birokrasi yang dilaksanakan Kementerian PAN-RB, beberapa waktu silam, mengatakan, “Birokrat sekarang itu mahal senyum. Padahal sebagai pelayan masyarakat harus menebar senyuman agar terlihat ramah.” (https://www.menpan.go.id/site/berita-terkini/birokrat-jangan-mahal-senyum)

Pernyataan tersebut merupakan sebuah tantangan yang harus dielaborasi oleh setiap aparatur sipil negara(ASN). Dalam aspek pelayanan, setiap ASN yang berhubungan dengan publik harus mengedepankan senyuman, selain salam dan sapa tentunya. Senyum yang ditampilkan pun haruslah dengan senyum yang tulus, natural dan menampakkan aura hangat.  

Untuk membentuk ASN yang gampang tersenyum, patut kita belajar apa yang sudah dilakukan oleh perusahaan ternama di Jepang. Diberitakan, Keihin Electric Railways mewajibkan para karyawannya untuk memeriksa senyumnya sebelum mulai bekerja dengan alat pengukur senyuman. Perusahaan memasang alat ini untuk membantu para pegawai agar dapat berhubungan lebih baik dengan para penumpang.  

Berangkat dari praktek tersebut, presensi kerja ASN Kemenkeu yang saat ini sudah menggunakan  satu kemenkeu mobile, sesuai Surat Edaran Menteri Keuangan Nomor SE-6/MK.1/2023 dapat dimodifikasi pada tahapan face recognition dengan algoritma untuk mendeteksi senyum. Artinya algoritma tersebut mampu menangkap citra wajah/biometrik wajah plus senyum dihubungkan dengan data wajah yang masuk ke sistem presensi.

Setiap ASN yang terdeteksi tidak memberikan senyum pada saat presensi maka sistem akan memaksa dan memberikan notifikasi untuk senyum agar tidak gagal presensi. Sebaliknya apabila ASN melakukan presensi dengan senyum maka presensi dinyatakan valid dan berhasil.

Pengembangan sistem deteksi senyum pada aplikasi satu kemenkeu mobile tentu membutuhkan pengembangan lebih lanjut. Selanjutnya apabila bisa diterapkan dengan baik, maka bisa direplikasi atau diterapkan bagi seluruh institusi Kementerian/Lembaga/Pemda.

Pembiasaan senyum melalui sistem presensi ini menurut pandangan Penulis akan tentu akan membawa pengaruh positif dan memberi arti bagi wajah birokrasi Indonesia. Kepuasan publik atas layanan ASN akan meningkat, yang diawali dari hal sederhana, senyum tulus ASN  yang sudah terbiasa. Meski agak sedikit memaksa di awal, percayalah hasil indah akan didapatkan, sebagaimana kata-kata mutiara” Dunia adalah tempat yang lebih baik ketika kita saling tersenyum.”

 

 *)Artikel ini merupakan pendapat pribadi penulis dan bukan cerminan sikap instansi tempat penulis bekerja.

Kategori: SDM

Kirim Komentar

0 Komentar