Memaknai Kerja dan Menjaga Asa untuk Indonesia

14 Februari 2022, Penulis : Dhani Kurniawan

Rona merah senja Jakarta, mengiringi kereta commuter line jurusan Serpong - Tanah Abang. Seorang lelaki mengenakan kemeja warna biru dan membawa tas ransel warna hitam berada di dalam salah satu gerbongnya. Tadi terlihat lelaki itu menaiki kereta dari Stasiun Pondok Ranji. Stasiun terdekat dari tempatnya biasa meluangkan waktu di hari Rabu. Sebuah tempat di bilangan Bintaro sektor lima yang amat dicintainya. Hamparan luas nan asri yang di dalamnya terdapat ruang-ruang interaksi. Ruangan-ruangan yang selalu dipenuhinya dengan semangat, membagikan ilmu dan pengalaman. Tempat belajar, berlatih dan bertumbuh bersama, dimana para calon-calon punggawa Nagara Dana Rakca ditempa.  

Secercah senyum ada di wajah lelaki itu. Satu hari dalam seminggu dilaluinya dalam tujuh tahun terakhir di sela rutinitasnya mengabdi di salah satu institusi terbaik negeri ini. Sore itu seperti biasa, ada rasa lega dan kebanggaan yang membuncah ketika mengakhiri waktu delapan belas kali pertemuan.  Di setiap kelasnya, bukan hanya bekal ilmu yang ia bagikan, tetapi juga ada kisah dan falsafah hidup. Ada cerita tentang masa lalu, masa kini dan harapan besarnya di masa depan. Juga cerita tentang tanggung jawab, kepedulian dan rasa terima kasih. 

Sudah lama ia punya cara sendiri memaknai sebuah kata “kerja”. Menerjemahkan sebuah dimensi baru dari apa yang disebut dengan kerja. Sesuatu yang selalu ingin ia bagikan di setiap kelas yang diampunya. Baginya ada kasta yang lebih tinggi dari sekedar kerja yaitu membalas jasa kepada negara yang telah banyak berjasa dalam hidupnya. Negaralah yang telah memberikan kesempatan berharga menimba ilmu secara cuma-cuma dari program diploma tiga hingga strata dua. Mendapat kesempatan menjadi abdi negara adalah suatu hal yang istimewa. Sebuah amanah, sekaligus kesempatan besar untuk membalas apa yang telah diberikan negara ini kepadanya.

Negara telah memberinya kesempatan yang sangat luas untuk mempersiapkan diri, melalui hari demi hari yang sarat akan pengalaman dan pelajaran hidup. Banyak hal yang kelak akan diaplikasikannya di dunia nyata dimana ia akhirnya diberikan amanah untuk menjalankan tugas negara di institusi kebanggaannya. Dia selalu berpikir bahwa menjadi bagian dari institusi ini, dan bisa membantu tugas sang pemimpin yang paling memberikan inspirasi dalam hidupnya itu adalah sebuah kesempatan yang tak dipunyai banyak orang di negeri ini. Bukan sekedar kerja, tapi lebih kepada sebuah panggilan hati untuk mewaqafkan seluruh jiwa raganya demi negaranya. “Jangan pernah lelah mencintai negeri ini”, menjadi sebuah kalimat yang selalu terngiang dan menumbuhkan semangatnya kembali ketika kadangkala lelah menghampiri.

Secercah sinar berwarna jingga menyelusup masuk melalui sela jendela kereta. Cahya yang membahana, membentuk bayangan yang sempurna. Tak lama lagi stasiun terakhir tempatnya berganti kereta menuju sisi lain di luar Jakarta. Masih terbayang wajah-wajah antusias penuh semangat yang menyambut setiap hal baru yang disampaikannya di kelas. Ia sadar sepenuhnya, anak-anak muda itu adalah generasi penerus bangsa. Generasi yang tak hanya perlu bekal ilmu, tetapi juga perlu menjaga akhlakul karimah di manapun berada. Ia sangat ingin generasi ini bisa menjadi lentera peradaban. Melanjutkan tugas menjadi penjaga keuangan negara yang amanah, penuh integritas dan selalu punya semangat yang tak pernah padam untuk berbakti kepada negeri. Setiap sesi kelasnya selalu diawali dan diakhiri dengan motivasi dan pelajaran hidup. Mengenalkan apa yang baik dan tidak baik, apa yang mesti dilakukan dan tidak boleh dilakukan. Memastikan semuanya bisa terpatri di hati mereka yang mendengarnya dan kelak akan dijadikan pedoman dalam setiap langkah.

Bisa ikut membantu menciptakan generasi tangguh dan berkualitas sungguh merupakan sebuah berkah yang patut disyukuri. Indonesia yang Tangguh berawal dari sumber daya manusia yang unggul. Untuk meraih keunggulan ini  diperlukan sebuah proses pembinaan sumber daya manusia yang berkelanjutan. Berawal dari seleksi masuk sekolah kedinasan yang ketat dengan standar yang tinggi untuk menyaring bibit-bibit unggul dari seluruh Indonesia. Dilanjutkan dengan desain pembelajaran dan metode yang tepat untuk mempersiapkan tunas-tunas muda ini agar kelak mampu menjadi abdi negara yang dapat diandalkan.  Sebuah tagline “belajar tanpa batas” dan Kementerian Keuangan sebagai Corporate University, menegaskan bahwa proses belajar tidak berhenti sampai di kampus saja. Ada berbagai metode pembelajaran yang dapat diikuti untuk meningkatkan literasi, kemampuan dan keterampilan sumber daya manusia dalam menjalankan tugas negara. Termasuk saat ini, di kala pembelajaran tatap muka dibatasi, proses belajar mengajar tak boleh berhenti. Adaptasi dan inovasi menjadi sebuah keniscayaan.

Waktu berputar terasa begitu cepat di tengah situasi pandemi. Dua tahun terakhir ini dunia tengah berjuang menghadapi wabah virus corona, tak terkecuali negeri kita Indonesia. Pemerintah melalui  APBN sebagai instrumen kebijakan fiskal telah bekerja amat keras agar dapat bertahan dari tekanan terhadap perekonomian Indonesia. Ketangguhan kita diuji, kegigihan setiap elemen bangsa sangat diperlukan untuk mengatasi pandemi. Semua pihak harus bersatu padu dan berkolaborasi demi satu tujuan bersama memenangkan peperangan melawan musuh yang tak kasat mata. Ikhtiar dan doa disatukan, bahu membahu seluruh negeri. 

Temaram lampu-lampu ibukota terlihat di kejauhan. Lelaki itu masih berkutat dengan gawai dan perangkat kerjanya. Ingatannya kembali ke masa-masa saat ia membekali anak-anak didiknya di kelas. Kini mereka telah menjadi bagian dari seluruh proses dan kerja bersama mengatasi pandemi ini. Ada yang bertugas mengelola pendapatan negara melalui pajak untuk menjaga kemampuan keuangan negara ini tetap berdaya. Ada yang bersinergi, mentabulasi data dan membantu membuat analisa kebijakan fiskal agar kebijakan keuangan negara tak salah arah. Ada yang tengah berupaya menghimpun partisipasi masyarakat menjadi bagian penting untuk membiayai pembangunan negeri ini lewat Obligasi Negara dan Sukuk Ritel. Ada pula yang berada nun jauh di sana menjadi garda terdepan untuk menyalurkan dan memastikan  pendanaan penanganan pandemi ini berlangsung dengan baik di seluruh penjuru negeri. Semua disatukan dalam tujuan mulia untuk menjaga pengelolaan uang negara sebaik-baiknya.

Lelaki itu membuka aplikasi yang kini menjadi bagian dari hari-harinya. Ia kini boleh berbangga, terdapat anak didiknya di antara para punggawa Nagara Dana Rakca yang ikut mengawal keberlangsungan adaptasi ini. Mereka mendedikasikan dirinya, waktu dan energinya untuk menjaga keberlangsungan pola kerja di masa pandemi. Bersinergi dengan semangat optimisme seperti apa yang selalu disampaikannya di kelas. Mereka mampu merawat keyakinan bahwa tak ada yang tak mungkin bila semuanya dikerjakan dengan sepenuh hati. Bersatu padu menjawab semua tantangan, memastikan bahwa tak lagi ada sekat-sekat yang menghambat. Semua demi terwujudnya Kemenkeu Satu dan sebuah asa yang terus terjaga untuk mewujudkan Indonesia yang unggul dan tangguh.Rona merah senja Jakarta, mengiringi kereta commuter line jurusan Serpong - Tanah Abang. Seorang lelaki mengenakan kemeja warna biru dan membawa tas ransel warna hitam berada di dalam salah satu gerbongnya. Tadi terlihat lelaki itu menaiki kereta dari Stasiun Pondok Ranji. Stasiun terdekat dari tempatnya biasa meluangkan waktu di hari Rabu. Sebuah tempat di bilangan Bintaro sektor lima yang amat dicintainya. Hamparan luas nan asri yang di dalamnya terdapat ruang-ruang interaksi. Ruangan-ruangan yang selalu dipenuhinya dengan semangat, membagikan ilmu dan pengalaman. Tempat belajar, berlatih dan bertumbuh bersama, dimana para calon-calon punggawa Nagara Dana Rakca ditempa.  

Secercah senyum ada di wajah lelaki itu. Satu hari dalam seminggu dilaluinya dalam tujuh tahun terakhir di sela rutinitasnya mengabdi di salah satu institusi terbaik negeri ini. Sore itu seperti biasa, ada rasa lega dan kebanggaan yang membuncah ketika mengakhiri waktu delapan belas kali pertemuan.  Di setiap kelasnya, bukan hanya bekal ilmu yang ia bagikan, tetapi juga ada kisah dan falsafah hidup. Ada cerita tentang masa lalu, masa kini dan harapan besarnya di masa depan. Juga cerita tentang tanggung jawab, kepedulian dan rasa terima kasih. 

Sudah lama ia punya cara sendiri memaknai sebuah kata “kerja”. Menterjemahkan sebuah dimensi baru dari apa yang disebut dengan kerja. Sesuatu yang selalu ingin ia bagikan di setiap kelas yang diampunya. Baginya ada kasta yang lebih tinggi dari sekedar kerja yaitu membalas jasa kepada negara yang telah banyak berjasa dalam hidupnya. Negaralah yang telah memberikan kesempatan berharga menimba ilmu secara cuma-cuma dari program diploma tiga hingga strata dua. Mendapat kesempatan menjadi abdi negara adalah suatu hal yang istimewa. Sebuah amanah, sekaligus kesempatan besar untuk membalas apa yang telah diberikan negara ini kepadanya. 

Negara telah memberinya kesempatan yang sangat luas untuk mempersiapkan diri, melalui hari demi hari yang sarat akan pengalaman dan pelajaran hidup. Banyak hal yang kelak akan diaplikasikannya di dunia nyata dimana ia akhirnya diberikan amanah untuk menjalankan tugas negara di institusi kebanggaannya. Dia selalu berpikir bahwa menjadi bagian dari institusi ini, dan bisa membantu tugas sang pemimpin yang paling memberikan inspirasi dalam hidupnya itu adalah sebuah kesempatan yang tak dipunyai banyak orang di negeri ini. Bukan sekedar kerja, tapi lebih kepada sebuah panggilan hati untuk mewaqafkan seluruh jiwa raganya demi negaranya. “Jangan pernah lelah mencintai negeri ini”, menjadi sebuah kalimat yang selalu terngiang dan menumbuhkan semangatnya kembali ketika kadangkala lelah menghampiri.

Secercah sinar berwarna jingga menyelusup masuk melalui sela jendela kereta. Cahya yang membahana, membentuk bayangan yang sempurna. Tak lama lagi stasiun terakhir tempatnya berganti kereta menuju sisi lain di luar Jakarta. Masih terbayang wajah-wajah antusias penuh semangat yang menyambut setiap hal baru yang disampaikannya di kelas. Ia sadar sepenuhnya, anak-anak muda itu adalah generasi penerus bangsa. Generasi yang tak hanya perlu bekal ilmu, tetapi juga perlu menjaga akhlakul karimah di manapun berada. Ia sangat ingin generasi ini bisa menjadi lentera peradaban. Melanjutkan tugas menjadi penjaga keuangan negara yang amanah, penuh integritas dan selalu punya semangat yang tak pernah padam untuk berbakti kepada negeri. Setiap sesi kelasnya selalu diawali dan diakhiri dengan motivasi dan pelajaran hidup. Mengenalkan apa yang baik dan tidak baik, apa yang mesti dilakukan dan tidak boleh dilakukan. Memastikan semuanya bisa terpatri di hati mereka yang mendengarnya dan kelak akan dijadikan pedoman dalam setiap langkah.

Bisa ikut membantu menciptakan generasi tangguh dan berkualitas sungguh merupakan sebuah berkah yang patut disyukuri. Indonesia yang Tangguh berawal dari sumber daya manusia yang unggul. Untuk meraih keunggulan ini  diperlukan sebuah proses pembinaan sumber daya manusia yang berkelanjutan. Berawal dari seleksi masuk sekolah kedinasan yang ketat dengan standar yang tinggi untuk menyaring bibit-bibit unggul dari seluruh Indonesia. Dilanjutkan dengan desain pembelajaran dan metode yang tepat untuk mempersiapkan tunas-tunas muda ini agar kelak mampu menjadi abdi negara yang dapat diandalkan.  Sebuah tagline “belajar tanpa batas” dan Kementerian Keuangan sebagai Corporate University, menegaskan bahwa proses belajar tidak berhenti sampai di kampus saja. Ada berbagai metode pembelajaran yang dapat diikuti untuk meningkatkan literasi, kemampuan dan keterampilan sumber daya manusia dalam menjalankan tugas negara. Termasuk saat ini, di kala pembelajaran tatap muka dibatasi, proses belajar mengajar tak boleh berhenti. Adaptasi dan inovasi menjadi sebuah keniscayaan.

Waktu berputar terasa begitu cepat di tengah situasi pandemi. Dua tahun terakhir ini dunia tengah berjuang menghadapi wabah virus corona, tak terkecuali negeri kita Indonesia. Pemerintah melalui  APBN sebagai instrumen kebijakan fiskal telah bekerja amat keras agar dapat bertahan dari tekanan terhadap perekonomian Indonesia. Ketangguhan kita diuji, kegigihan setiap elemen bangsa sangat diperlukan untuk mengatasi pandemi. Semua pihak harus bersatu padu dan berkolaborasi demi satu tujuan bersama memenangkan peperangan melawan musuh yang tak kasat mata. Ikhtiar dan doa disatukan, bahu membahu seluruh negeri. 

Temaram lampu-lampu ibukota terlihat di kejauhan. Lelaki itu masih berkutat dengan gawai dan perangkat kerjanya. Ingatannya kembali ke masa-masa saat ia membekali anak-anak didiknya di kelas. Kini mereka telah menjadi bagian dari seluruh proses dan kerja bersama mengatasi pandemi ini. Ada yang bertugas mengelola pendapatan negara melalui pajak untuk menjaga kemampuan keuangan negara ini tetap berdaya. Ada yang bersinergi, mentabulasi data dan membantu membuat analisa kebijakan fiskal agar kebijakan keuangan negara tak salah arah. Ada yang tengah berupaya menghimpun partisipasi masyarakat menjadi bagian penting untuk membiayai pembangunan negeri ini lewat Obligasi Negara dan Sukuk Ritel. Ada pula yang berada nun jauh di sana menjadi garda terdepan untuk menyalurkan dan memastikan  pendanaan penanganan pandemi ini berlangsung dengan baik di seluruh penjuru negeri. Semua disatukan dalam tujuan mulia untuk menjaga pengelolaan uang negara sebaik-baiknya.

Lelaki itu membuka aplikasi yang kini menjadi bagian dari hari-harinya. Ia kini boleh berbangga, terdapat anak didiknya di antara para punggawa Nagara Dana Rakca yang ikut mengawal keberlangsungan adaptasi ini. Mereka mendedikasikan dirinya, waktu dan energinya untuk menjaga keberlangsungan pola kerja di masa pandemi. Bersinergi dengan semangat optimisme seperti apa yang selalu disampaikannya di kelas. Mereka mampu merawat keyakinan bahwa tak ada yang tak mungkin bila semuanya dikerjakan dengan sepenuh hati. Bersatu padu menjawab semua tantangan, memastikan bahwa tak lagi ada sekat-sekat yang menghambat. Semua demi terwujudnya Kemenkeu Satu dan sebuah asa yang terus terjaga untuk mewujudkan Indonesia yang unggul dan tangguh.

Kategori: PKN STAN

Kirim Komentar

0 Komentar