Harapan Ketahanan Pangan 2023

09 September 2022, Penulis : I. G. A. Krisna Murti RS

Dampak pandemi Covid-19 telah menyebabkan tekanan sehingga terjadi perlambatan ekonomi dunia dan pelemahan perdagangan global. Hal ini berpotensi mempengaruhi laju pertumbuhan ekonomi domestik dan kinerja ekspor nasional. Upaya peningkatan produktivitas perlu diusahakan dalam rangka penguatan ekonomi jangka menengah dan panjang melalui sumber pertumbuhan baru dan ekonomi hijau. Sumber pertumbuhan muncul salah satunya sebagai akibat dari peningkatan peran industrialisasi serta penerapan ekonomi digital sehingga ekonomi perlu didorong untuk mencapai kinerja yang optimal.

Pembangunan bidang ketahanan pangan menjadi salah satu sektor yang menjadi perhatian Pemerintah. Kemandirian pangan diharapkan dapat memenuhi kebutuhan pangan dari produksi dalam negeri dengan memanfaatkan potensi sumber daya alam, manusia, sosial, dan ekonomi. Pembangunan bidang ketahanan pangan bertujuan untuk meningkatkan produktivitas komoditas pangan utama, baik pertanian maupun perikanan, dukungan penyediaan sarana dan prasarana, serta pengairan/irigasi.

Dalam Nota Keuangan dan RAPBN 2023, anggaran Ketahanan Pangan dialokasikan sebesar Rp95 triliun yang diarahkan untuk peningkatan ketersediaan, akses, dan kualitas pangan, baik pertanian maupun perikanan. Anggaran Ketahanan Pangan 2023 ini lebih besar 0,9% dari tahun 2022. Angka ini juga masih lebih besar dari rata-rata anggaran Ketahanan Pangan selama 5 tahun terakhir sejak 2019 yaitu sebesar Rp89,76 triliun. 

Sebagai salah satu fokus kebijakan bidang Ketahanan Pangan pada RAPBN 2023 yaitu meningkatkan produktivitas pangan strategis, harapannya anggaran yang dialokasikan seharusnya difokuskan pula pada komoditas pangan strategis. Terdapat 12 komoditas pangan strategis yang menjadi perhatian pemerintah di bidang Ketahanan Pangan. Mulai dari Beras, Jagung, Kedelai, Bawang Merah, Bawang Putih, Cabai Besar, Cabai Rawit, Daging Sapi/Kerbau, Daging Ayam Ras, Telur Ayam Ras, Gula Pasir, sampai komoditas yang sempat menjadi isu belakangan ini yaitu Minyak Goreng.

Berdasarkan data satgas pangan Polri (https://satgaspangan.polri.go.id) terlihat prognosa bahwa di tahun 2022, dari 12 komoditas pangan strategis terdapat 4 komoditas yang diperkirakan akan mengalami defisit stok sehingga harus dipenuhi dari impor. Komoditas tersebut adalah Kedelai, Bawang Putih, Daging Sapi/Kerbau, dan Gula Pasir. Nampaknya komoditas yang diproyeksi mengalami defisit stok pada akhir 2022 belum mendapat sentuhan intervensi Pemerintah bidang ketahanan pangan karena berdasarkan Nota Keuangan dan RAPBN 2023, target output yang dihasilkan adalah Padi, Jagung, Kedelai, dan Bawang Merah. Hanya komoditas Kedelai yang masuk dalam daftar capaian target yang menjadi perhatian kebijakan Ketahanan Pangan.

Informasi ini dapat dilihat dari target capaian yang dituangkan dalam Nota Keuangan dan RAPBN 2023. Dukungan anggaran dalam RAPBN 2023 bidang ketahanan pangan dilakukan untuk pencapaian target antara lain: (1) kawasan Padi/Fasilitas Penerapan Budidaya Padi seluas 229.800 Ha; (2) kawasan Jagung/Fasilitas Penerapan Budidaya Jagung seluas 40.000 Ha; (3) kawasan Kedelai/Fasilitas Penerapan Budidaya Kedelai seluas 150.000 Ha; (4) kawasan Bawang Merah seluas 5.000 Ha. Dalam rangkaian target capaian strategis tersebut, hanya komoditas Kedelai yang selaras dengan kebijakan peningkatan produksi untuk komoditas pangan yang diproyeksi mengalami stok defisit pada akhir tahun 2022.

Contoh untuk komoditas Beras, secara sederhana bisa kita hitung jumlah Beras yang diproduksi jika kawasan Padi / Fasilitas Penerapan Budidaya Padi di tahun 2023 disediakan seluas 229.800 Ha. Jika 80% dari lahan ini berhasil dioperasikan secara penuh untuk penanaman Padi, maka tambahan produksi Padi (GKG – Gabah Kering Giling) yang dapat dihasilkan tahun 2023 adalah sebanyak 956 ribu ton (dengan asumsi rata-rata produksi 5,2 ton/Ha). Jika dikonversi ke beras, menjadi 612 ribu ton Beras (menggunakan konversi BPS 64,02%). Berkaca dari kebutuhan beras selama tahun 2022 sebanyak 2,2 juta ton per bulan atau 30,9 juta ton per tahun, maka kebutuhan beras per hari adalah 84 ribu kg. Target capaian 2023 sebesar 612 ribu ton hanya cukup untuk menambah cadangan beras selama 7 hari. Angka ini tidak signifikan dalam jangka pendek, kecuali ada upaya intensifikasi produksi Padi.

Lain halnya dengan komoditas Kedelai yang pada tahun 2022 diproyeksikan defisit sebesar 2,6 juta ton. Dalam Nota Keuangan dan RAPBN 2023, peningkatan kawasan Kedelai tahun 2023 ditargetkan seluas 150.000 Ha sehingga dalam kapasitas produksi normal, target produksi Kedelai yang dihasilkan pada tahun 2023 dengan luasan kawasan 150.000 Ha tersebut adalah sebanyak 375.000 ton (asumsi produksi rata-rata 2,5 ton/Ha) atau hanya sebesar 12,5% dari kebutuhan nasional. Dengan anggaran yang tersedia tahun 2023, nampaknya Indonesia masih membutuhkan tambahan ketersediaan Kedelai melalui impor untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.

Kirim Komentar

0 Komentar