Mari kita berbagi perspektif mengenai flexible working space yang digaungkan di institusi tercinta kita dalam 2 atau 3 tahun terakhir ini. Flexible working space (FWS) yang secara harfiah dapat dimaknai sebagai tempat bekerja dari mana aja, di manapun tempatnya, sebenarnya bukanlah hal yang baru di dunia kerja. Meskipun belum pernah berkunjung, kalau kita minimal pernah melihat foto-foto kantor Google, mereka sudah mengaplikasikanya dalam keseharian. Design ruangan yang dipenuhi dengan spot-spot instagramable, mengesankan nuansa santai dan modern, terlihat memunculkan suasana berbeda. Banyak ruang istirahat dan ruang bermain yang sebenarnya juga bisa digunakan untuk ruang kerja, berdiskusi tentang pekerjaan atau meeting. Memadukan leisure dengan work, diyakini merupakan salah satu cara meningkatkan produktivitas dan engagement karyawan. Output oriented menjadi kunci, karena hasil bukan dinilai dari berapa lama jam kerja tetapi dari kualitas output yang dihasilkan.
Di Indonesia sendiri ada satu perusahaan yang kerapkali di-mention oleh Bu Menteri untuk dijadikan benchmark. PT. Unilever Indonesia, telah cukup lama menerapkan FWS dan mendesain ruang-ruang kerjanya sedemikian rupa sehingga jauh lebih cozy dan berwarna. Jauh dari kesan birokratis, dan memancarkan nuansa keceriaan yang meningkatkan mood kerja. Memasuki lobby saja sudah serasa memasuki mall. Di setiap lantai, petunjuk ruangan juga didesain kekinian. Angka super besar yang menunjukkan lantai disertai keterangan zonasi dan nama ruangan atau bagian.
Saat ini di setiap unit eselon I, sudah ada minimal satu ruang atau satu lantai percontohan untuk FWS ini yang disebut sebagai open space. Direncanakan untuk semakin ditambah, namun seiring dengan pandemi yang masih berlanjut, diadakan refocusing anggaran. Salah satu yang terkena dampak adalah anggaran renovasi ruangan untuk open space yang sementara di-hold, karena keuangan negara lebih diutamakan untuk penanganan pandemi. So, dalam waktu dekat ini belum akan ada perubahan besar-besaran ruang kerja di institusi kebanggaan kita ini.
Lalu seperti apa flexible working space ideal yang didambakan? Ada konsep satellite office sebagai salah satu alternatif dimana setiap pegawai dapat bekerja dari kantor Kemenkeu terdekat dengan domisili telah diluncurkan dan diujicobakan. Ini suatu progress tentunya, karena kita tahu bahwa Kantor Kemenkeu tersebar di seluruh Indonesia, sehingga akan banyak satellite office yang bisa dioptimalkan. Ide ini secara “by accident” mungkin bisa kita katakan turut dipengaruhi oleh pandemi covid-19 sebagai trigger. Penerapan 5M yang salah satunya adalah “mengurangi mobilitas” menjadi sangat related dengan penerapan kebijakan satellite office. Dengan kebijakan ini mobilitas pegawai dapat ditekan menjadi lebih terbatas. Perjalanan lintas kota bahkan lintas provinsi seperti yang terjadi di wilayah aglomerasi Jabodetabek otomatis berkurang. Pegawai cukup bekerja di Kantor Kemenkeu terdekat dengan fasilitas yang sangat memadai.
Berharap kembali ke kondisi normal, kondisi tanpa pandemi, merupakan keinginan semua orang. Pertanyaannya, masihkah relevan penerapan FWS? Tentu saja relevan, karena FWS tidak semata-mata sebagai kontra strategi menghadapi pandemi. FWS sesungguhnya merupakan terobosan dan kemajuan. Di era yang serba dinamis ini semua bisa dilakukan customize, termasuk tempat bekerja. That’s why, it calls space, not room (ruangan).
Survey yang dilaksanakan dengan responden pegawai Kemenkeu menunjukkan hasil bahwa 5 hari kerja masih bisa dikurangi menjadi 3-4 hari kerja. Bila kita mengacu kepada efesiensi dan efektivitas hal ini sangat inline. Banyak biaya operasional yang bisa dihemat, semisal penggunaan listrik, air dan koneksi intenet dengan hari kerja yang berkurang. Tidak perlu khawatir dengan penurunan kualitas output yang dihasilkan karena semua bisa dikontrol melalui Indikator Kinerja, logbook dalam bentuk modul Mytask, maupun Business Continuity Plan. Lebih dari satu setengah tahun penerapan Work From Home (WFH) menjadi trial dalam penerapan FWS. Semua bisa memastikan dan membuktikan bahwa output tetap terjaga dan kelangsungan proses bisnis berjalan dengan sama baiknya. Selanjutnya kita tentu berharap bahwa hasil survey ini tidak hanya menjadi kajian semata, namun dapat ditindaklanjuti dengan kebijakan yang applicable.
Apabila kita meminjam sebuah istilah dalam jurnalisme, “cover booth side”, ada satu sisi yang amat sangat perlu menjadi perhatian sebelum FWS yang ideal benar-benar diterapkan. Hal itu tak lain adalah komitmen seluruh pegawai. Jadi tidak hanya sisi kebijakan yang ditegakkan, namun komitmen pegawai harus benar-benar dijaga. WFH dan FWS memberikan fleksibilitas kepada pegawai untuk menyelesaikan tugasnya dari mana saja. Hal ini harus dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab. “Kemewahan” waktu tanpa harus wari-wiri ke kantor misalnya, sebisa mungkin tidak disalahgunakan. Di saat pandemi belum usai seperti sekarang ini, protokol kesehatan harus diterapkan dengan ketat. Ada citra sebagai ASN Kemenkeu yang senantiasa harus dijaga. Satu hal yang perlu ditanamkan ke setiap individu adalah bahwa FWS bukan berarti libur kerja. FWS berarti fleksibilitas tempat di mana setiap pegawai dapat menyelesaikan tugas-tugas yang menjadi tanggung jawabnya. FWS juga bukan berarti fleksibilitas waktu, semua tugas tetap punya tenggat waktu. Setiap penugasan dan instruksi pimpinan harus direspon dan di-follow up dengan cepat. Tetap profesional dan menjaga integritas, sesuai dengan nilai-nilai Kementerian Keuangan.
Disadari atau tidak sesungguhnya terdapat blessing in disguise pada implementasi FWS dan WFH pada saat Covid-19. Sebuah berkah yang semula tak terbayangkan, berupa waktu yang lebih lama untuk bisa berkumpul bersama keluarga. Adalah sebuah kebahagiaan bisa tetap didampingi keluarga di sela-sela penyelesaian tugas negara yang menjadi tanggung jawab setiap ASN. Secara teoritis imunitas akan lebih stabil dengan suasana hati dan atmosfer kerja yang nyaman. More than a different way to work, ada banyak hal yang bisa dimaknai. Salah satunya adalah menciptakan work life balance. Dengan jam kerja terbanyak di antara seluruh Kementerian di Republik ini, bagi sebagian pegawai yang menempuh perjalanan ke kantor jauh dari rumah, bukan hal yang aneh apabila berangkat jam 5 pagi dan baru tiba kembali di rumah jam 8 malam. Kalau sudah begini, niscaya waktu kebersamaan dengan keluarga menjadi sesuatu yang sangat berharga. Memang sangat perlu menyeimbangkan waktu kerja, waktu beristirahat, dan waktu bersama keluarga. Sebuah anugerah ternyata keseimbangan itu dapat diperoleh melalui FWS dalam bentuk WFH. Bisa sejenak beristirahat menyegarkan pikiran dengan duduk bersantai di rumah, bercengkerama dengan anggota keluarga akan sangat membantu terciptanya “work life balance”. Pada akhirnya semua ini akan bermuara pada meningkatnya kinerja pegawai dan produktivitas.
Pemerintah telah berupaya keras untuk menyelesaikan problem Covid-19 dan berbagai implikasinya. Tentu kita berharap berbagai permasalahan yang ditimbulkan oleh virus corona ini dapat segera berakhir. Di luar permasalahan Covid-19 ini, “keterpaksaan” untuk WFH sebagai implementasi FWS, telah memberikan banyak pelajaran kepada kita semua. Betapa waktu bersama keluarga itu sangatlah berharga. Betapa pentingnya menjaga kesehatan. Di sisi lain sebagai ASN di manapun berada, dalam kondisi apapun harus selalu siap menyelesaikan tugas-tugas yang menjadi tanggung jawabnya.
Periode pasca pandemi, banyak hal yang bisa diambil hikmahnya. Membiasakan diri bekerja dari mana saja dengan target yang tetap tercapai, akan semakin meningkatkan profesionalitas setiap ASN. Periode yang mewajibkan ASN melakukan WFH akan berakhir pada saatnya nanti, tetapi tidak demikian dengan FWS. Di masa yang akan datang, FWS bukan hanya sekedar wacana dan harapan, tetapi lebih kepada keharusan untuk melakukan adaptasi. Ketika semangat, daya tahan dan kemampuan mengatasi situasi sulit kian teruji, ada sebuah pelajaran berharga yang sangat berarti. Kemampuan bertahan ini yang akan semakin menguatkan para penjaga keuangan negara. Juga meningkatnya kreativitas dan kesadaran penuh bahwa fleksibilitas tempat menyelesaikan tugas-tugas negara ternyata terbukti tidak mengurangi output, kualitas layanan dan bakti kepada negeri tercinta.
Kategori: WFH
0 Komentar |
---|